program diet kita? Memiliki lingkar pinggang yang
ramping atau membentuk perut rata? Jika ini yang terlintas di kepala,
apakah dengan demikian si pemilik tubuh proporsional tak perlu mengatur
pola konsumsi mereka?
Percaya atau tidak, pinggang ramping dan perut rata adalah bonus dari
menjalani program diet atau pengaturan pola makan. Karena sebenarnya,
ilmu gizi membuat teori tentang pola konsumsi sehat adalah untuk membuat
kita tetap dalam kondisi prima. Dan kondisi prima akan membuat seluruh
fisik dan emosi kita menjadi lebih stabil.
Stabil dalam arti fisik adalah memiliki bentuk tubuh yang proporsional.
Sedangkan dalam terminologi emosi, stabil berarti mampu mengendalikan
setiap situasi dengan menyelaraskan logika dan psikologi. Oleh karena
itu, berhentilah berpikir bahwa diet hanya untuk yang orang yang
memiliki berat badan berlebih.
Ada jalur sederhana sebenarnya, jika kita tetap ingin sehat. Coba
lakukan trik-trik menikmati makanan berikut ini dan perhatikan apa yang
terjadi pada tubuh kita.
1. Kurangilah ‘interaksi’ dengan si manis. Saat di kantor atau di rumah,
berapa kali kita minum kopi? Jangan lupa untuk menghitung berapa sendok
gula yang kita tuangkan ke dalamnya. Atau kadang-kadang, kita juga
menambahkan susu untuk menyempurnakan ramuan kopi espresso yang kita
seduh. Setelah itu, bayangkan berapa banyak gula yang masuk ke dalam
tubuh. Itulah sumber dari besarnya kalori yang oleh timbangan
ditunjukkan dengan bobot yang berlebih.
Sebenarnya, kita tak sulit untuk membuat timbangan menurunkan angka
bobot kita. Cukup jauhkan wadah gula dari pandangan kita. Cara ini akan
memberikan lompatan yang besar dalam status sehat kita. Atau coba ganti
gula pada kopi dengan madu. Sebab madu adalah pemberi rasa manis yang
angka kalorinya rendah.
2. Jangan tergila-gila dengan rasa asin. Awalnya kita menyalahkan lidah
karena tak juga merasa ada sensasi rasa nikmat dalam makanan. Walhasil
kita terbiasa untuk menambahkan garam pada makanan. Dari hanya sedikit,
lama-lama menjadi bukit.
Mungkin terdengar aneh, ada orang yang suka menambahkan garam dalam
makanannya. Tapi percayalah, pada saat kita merasa garam adalah penambah
rasa yang nikmat, garam akan menjadi kebutuhan baru untuk selalu
dihadirkan saat kita makan. Itu mengapa pada restoran, garam adalah
salah satu penambah rasa yang diberikan secara cuma-cuma.
Kita baru mengetahui garam yang masuk ke dalam tubuh sudah terlalu
banyak adalah ketika tekanan darah berada di atas level normal, alias
hipertensi. Oleh karena itu, cobalah untuk menikmati berbagai cita rasa
alami yang ada dari dalam makanan. Plus hindari makanan-makanan olahan.
Sebab makanan ini biasanya akan mengandalkan sodium untuk membuatnya
bertahan lama. Itu mengapa, rata-rata per kemasan memiliki 80 persen
sodium lebih banyak dibanding masakan segar yang kita olah dari bahan
baku segar.
3. Waspadalah terhadap dessert. Berapa diantara kita yang masih mencari
keripik kentang atau kue cokelat, sebagai makanan penutup di malam hari?
Sebenarnya, makanan penutup bisa menjadi akhir dari ritual makan yang
menyenangkan atau justru sebaliknya. Itu semua tergantung dari pilihan
makanan penutup atau dessert kita.
Jadi, ketimbang memilih makanan penutup yang justru menambah kalori
dalam tubuh. Lebih baik pilih makanan penutup yang menyempurnakan kerja
sistem pencernaan, seperti buah, salad, atau yogurt dengan taburan
granola. Atau jika memang harus menikmati sesuatu yang berbau cokelat,
pilihlah dark chocolate. Ini adalah cokelat aman yang akan memasok
antioksidan ke dalam tubuh tanpa kadar gula atau lemak yang tinggi.
(PreventionIndonesiaonline/Siagian Priska)