Puding Buah


Hidangan penutup yang satu ini memang menggoda selera. Rasanya segar dengan isi aneka buah-buahan yang menyehatkan. Proses pembuatannya praktis dan cepat. Cocok untuk sajian keluarga.
Bahan:
7 g bubuk agar putih
100 g gula pasir
450 ml susu tawar cair
100 ml air
100 g melon, potong dadu
100 g semangka, potong dadu
100 g stroberi, potong-potong
100 g nanas, potong dadu
¼ sdt pasta cokelat
Cara Membuat:
1. Didihkan bubuk agar dengan, gula dan air. Masak hingga mendidih.
2. Siapkan cetakan pudding yang telah dibasahi dengan air matang. Masukkan potongan buah-buahan ke dalam cetakan pudding. Siram dengan adonan agar bening hingga setengah dari tinggi cetakan. Dinginkan hingga mengeras.
3. Tambahkan pasta cokelat dan susu tawar cair pada sisa adonan agar, didihkan kembali. Siramkan ke atas adonan agar bening. Bekukan, keluarkan dari cetakkan. Hidangkan dingin.
Untuk 6 Porsi

Menikmati Rasa Makan Sehat (Diet)

















  program diet kita? Memiliki lingkar pinggang yang ramping atau membentuk perut rata? Jika ini yang terlintas di kepala, apakah dengan demikian si pemilik tubuh proporsional tak perlu mengatur pola konsumsi mereka?

Percaya atau tidak, pinggang ramping dan perut rata adalah bonus dari menjalani program diet atau pengaturan pola makan. Karena sebenarnya, ilmu gizi membuat teori tentang pola konsumsi sehat adalah untuk membuat kita tetap dalam kondisi prima. Dan kondisi prima akan membuat seluruh fisik dan emosi kita menjadi lebih stabil.

Stabil dalam arti fisik adalah memiliki bentuk tubuh yang proporsional. Sedangkan dalam terminologi emosi, stabil berarti mampu mengendalikan setiap situasi dengan menyelaraskan logika dan psikologi. Oleh karena itu, berhentilah berpikir bahwa diet hanya untuk yang orang yang memiliki berat badan berlebih.

Ada jalur sederhana sebenarnya, jika kita tetap ingin sehat. Coba lakukan trik-trik menikmati makanan berikut ini dan perhatikan apa yang terjadi pada tubuh kita.

1. Kurangilah ‘interaksi’ dengan si manis. Saat di kantor atau di rumah, berapa kali kita minum kopi? Jangan lupa untuk menghitung berapa sendok gula yang kita tuangkan ke dalamnya. Atau kadang-kadang, kita juga menambahkan susu untuk menyempurnakan ramuan kopi espresso yang kita seduh. Setelah itu, bayangkan berapa banyak gula yang masuk ke dalam tubuh. Itulah sumber dari besarnya kalori yang oleh timbangan ditunjukkan dengan bobot yang berlebih.

Sebenarnya, kita tak sulit untuk membuat timbangan menurunkan angka bobot kita. Cukup jauhkan wadah gula dari pandangan kita. Cara ini akan memberikan lompatan yang besar dalam status sehat kita. Atau coba ganti gula pada kopi dengan madu. Sebab madu adalah pemberi rasa manis yang angka kalorinya rendah.

2. Jangan tergila-gila dengan rasa asin. Awalnya kita menyalahkan lidah karena tak juga merasa ada sensasi rasa nikmat dalam makanan. Walhasil kita terbiasa untuk menambahkan garam pada makanan. Dari hanya sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Mungkin terdengar aneh, ada orang yang suka menambahkan garam dalam makanannya. Tapi percayalah, pada saat kita merasa garam adalah penambah rasa yang nikmat, garam akan menjadi kebutuhan baru untuk selalu dihadirkan saat kita makan. Itu mengapa pada restoran, garam adalah salah satu penambah rasa yang diberikan secara cuma-cuma.

Kita baru mengetahui garam yang masuk ke dalam tubuh sudah terlalu banyak adalah ketika tekanan darah berada di atas level normal, alias hipertensi. Oleh karena itu, cobalah untuk menikmati berbagai cita rasa alami yang ada dari dalam makanan. Plus hindari makanan-makanan olahan. Sebab makanan ini biasanya akan mengandalkan sodium untuk membuatnya bertahan lama. Itu mengapa, rata-rata per kemasan memiliki 80 persen sodium lebih banyak dibanding masakan segar yang kita olah dari bahan baku segar.

3. Waspadalah terhadap dessert. Berapa diantara kita yang masih mencari keripik kentang atau kue cokelat, sebagai makanan penutup di malam hari? Sebenarnya, makanan penutup bisa menjadi akhir dari ritual makan yang menyenangkan atau justru sebaliknya. Itu semua tergantung dari pilihan makanan penutup atau dessert kita.

Jadi, ketimbang memilih makanan penutup yang justru menambah kalori dalam tubuh. Lebih baik pilih makanan penutup yang menyempurnakan kerja sistem pencernaan, seperti buah, salad, atau yogurt dengan taburan granola. Atau jika memang harus menikmati sesuatu yang berbau cokelat, pilihlah dark chocolate. Ini adalah cokelat aman yang akan memasok antioksidan ke dalam tubuh tanpa kadar gula atau lemak yang tinggi. (PreventionIndonesiaonline/Siagian Priska)

Kunci Diet, Konsumsi Makanan Penutup Lebih Dulu


Reyoet, Washington: Umumnya, makanan penutup disajikan di akhir makan besar. Namun penelitian terbaru menunjukkan makanan penutup yang diberikan lebih awal bisa membuat diet seseorang bekerja lebih baik.

Para peneliti mengatakan kunci diet seseorang harus lebih memperhatikan jumlah makanan yang tidak sehat yang mereka konsumsi.

Menurut peneliti, pengendalian seseorang soal diet biasanya bertempur melawan kemauan dan keinginan. Namun konsumen tidak bisa bergantung sepenuhnya pada kemauan untuk mengendalikan makan mereka.

"Mereka juga perlu menciptakan situasi yang akan membuat mereka kehilangan minat dengan makanan. Salah satu caranya lebih menelusuri jumlah makanan yang tidak sehat yang mereka makan," tulis penulis Joseph P. Redden, Ph.D., dan Kelly L. Haws, Ph.D., seperti dikutip dari laman psychcentral, Sabtu (15/9).

Studi ini diterbitkan dalam Journal of Consumer Research. Lantas apakah mereka yang berhasil diet memiliki banyak kemauan? Atau mereka lebih cepat puas?

Untuk menjawabnya, Redden dan Haws melakukan serangkaian penelitian dan menemukan bahwa konsumen yang berhasil mengendalikan diet mereka sedikit mengonsumsi makanan yang tidak sehat karena mereka cepat puas.

Mereka juga menemukan bahwa banyak konsumen yang kurang bisa mengontrol diri mampu membangun kontrol yang lebih besar ketika mereka lebih memperhatikan seberapa banyak mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Pasalnya, cara simpel itu membuat mereka lebih cepat puas.

Dalam sebuah percobaan, sekelompok konsumen diminta mengonsumsi makanan yang sehat atau camilan yang tidak sehat. Beberapa konsumen diminta untuk menghitung berapa kali mereka menelan camilan.

Konsumen yang menghitung berapa kali mereka memakan camilan ternyata lebih cepat puas meskipun mereka kurang bisa mengontrol diri. Memantau berapa banyak mereka makan bisa membuat konsumen yang kurang bisa mengontrol diri menjadi lebih bisamengontrol diri.

Singkatnya, menghitung makanan yang tidak sehat yang kita konsumsi itu adalah kuncinya. Dan jika itu sama halnya dengan mengonsumsi makanan penutup terlebih dahulu, maka itu berfungsi juga.

"Diet itu harus fokus pada jumlah makanan yang tidak sehat, bukan jumlah makanan sehatnya. Memantau makanan yang sehat justru bisa menjadi kontraproduktif dengan tujuan mengonsumsi makanan sehat. Jadi rahasia sukses diet adalah mengetahui kapan harus memantau makanan Anda," ujar penulis menyimpulkan.

Blogger news

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About